Advertiser

Breaking News

dr. Indra Wijaya, SpPD, MKes


dr. Indra Wijaya
Di masa kecil, ia sakit-sakitan dan keluar masuk RSAB Harapan Kita, Jakarta. Itu terjadi selepas ASI eksklusif 6 bulan dan diberi susu formula. Ia diare. Dokter spesialis anak menganjurkan agar susu formula dihentikan. “Waktu saya lahir tahun 1982, susu rendah lactose belum ada,” ujar dr. Indra Wijaya, SpPD, MKes. Sejak itu, Indra kecil hanya mendapat teh manis dan sakit-sakitan.
Sering keluar masuk rumah sakit, bertemu dokter dan perawat, membuatnya ingin menjadi dokter. Lulus FK Unpad, ia menjadi koas di RS Hasan Sadikin, Bandung. “Koas pukul 07.00 - 15.00. Saya tidak langsung pulang, tapi memilih untuk kuliah dan mengambil S2 magister kesehatan di bidang farmakologi,” katanya. Pada tahun 2007, ia mendapat gelar dokter sekaligus MKes. Kemudian, ia mengambil spesialis penyakit dalam.
Berkat dorongan Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid, FINASIM, “Saya tertarik menulis. Kata  beliau, hanya sedikit dokter yang mau menulis. Di samping imbalannya kecil, menulis yang baik itu susah.” Ia diberi kepercayaan dan dilibatkan dalam pembuatan buku ajar penyakit dalam dan buku-buku lain, yang diterbitkan Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. “Ada kebangaan tersendiri ketika tulisan kita dipublikasikan, dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang,” ujarnya.
 Selain menulis, ia aktif dalam penelitian. Tahun lalu, penelitiannya  mendapat juara 1 dari Konas PERKENI 2012 di Menado. Dari situ, ia diminta untuk presentasi oral di World Diabetes Congress 2012 di Kyoto, Jepang. Awal 2014 nanti, ia juga diminta melakukan hal yang sama di World Diabetes Congress di Melbourne, Australia.
Selain mengajar di FK Universitas Pelita Harapan, ia praktek di beberapa rumah sakit. Untuk jaga kondisi, “Selesai mengajar atau praktek, saya nge-gym, berenang dan sauna whirlpool,” katanya. Ia juga menjadi member di beberapa sport club.
Tahun 2014, ayah 2 anak ini berencana studi S3. “Saya sudah mendaftar, endocrine. Selain ahli endocrinology jumlahnya masih sedikit, ilmunya cukup susah. Ini  tantangan bagi saya,” jelasnya. (ant)

Tidak ada komentar