dr. Ronald W Kartika, SpBTKV, FIHA
“Ayah saya dulu kena penyakit jantung. Tapi
saya tidak bisa berbuat apa-apa. Itu yang mendorong saya menjadi dokter bedah
toraks dan kardiovascular,” jelas dr.
Ronald W Kartika, SpBTKV, FIHA, kelahiran Banyuwangi, 28 Juni 1974. Lulus
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya,
ia mengambil spesialis bedah jantung di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia
kemudian ke Filipina
Heart Center,
untuk memperdalam kemampuannya di bidang bedah jantung selama 5 tahun. “Bidang
ini sangat menantang. Jantung itu organ penting,” jelasnya.
Praktek di RS
Premier Jatinegara, ia hobi tennis dan berenang untuk menjaga kesehatan. Sekarang
ini, ia menilai banyak yang kurang melakukan aktivitas fisik karena televisi
sudah menggunakan remote dan di kantor ada lift. Di sisi lain, kesibukan
membuat orang malas berolah raga. Sementara, asupan makanan banyak yang berkalori
tinggi. Akibatnya obesitas. “Kondisi ini merupakan faktor risiko penyakit
jantung. Harus dihindari dengan olahraga,” ujarnya.
Gemar olahraga
sejak di sekolah dasar, membuat berat badannya cukup ideal. Tennis lapangan,
menurutnya, “Sangat membantu membakar lemak tubuh.” Ia menghidari makanan
berlemak dan memperbanyak sayur. “Intinya, sayangi diri sendiri. Kalau sudah sayang, kita akan
berupaya untuk menjaganya,” katanya.
Menurutnya, saat
ini penanganan kelainan jantung bawaan di Indonesia sudah cukup baik, tidak
kalah dengan Negara lain di dunia. Sayangnya edukasi mengenai penyakit jantung
bawaan masih sangat minim. “Kadang pasien atau keluarga tidak aware dengan kondisi ini, terutama pada
bayi baru lahir. “Kita sudah punya center untuk menangani kasus-kasus penyakit
jantung.” (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar