Antoni Ludfi Arifin
Antoni Ludfi Arifin |
“Menulis merupakan kemampuan sekolah dasar. Jadi, setiap orang
sebetulnya bisa membuat buku, hanya perlu niat dan kemauan untuk memulai,”
jelas Antoni Ludfi Arifin dalam launching buku barunya berjudul “Be A Reader” belum lama ini di Jakarta.
Sebelumnya, ia sudah menerbitkan beberapa buku di antaranya Bacaan Wajib Semua Sales (Visimedia), Demi Waktu;
So, Use Your Time Effectively (Gramedia) dan Be A Writer (Gramedia).
Salah satu alasan mengapa ia ingin menjadi seorang penulis,
“Karena saya ingin berguna bagi banyak
orang. Ketika kita mati masa hanya meninggalkan tulisan di batu nisan. Kita
harus punya arti bagi orang lain. Dengan membuat buku, meski kita sudah tiada, karya
kita masih bisa bermanfat bagi banyak orang.”
Meski sibuk dengan aktivitasnya di dunia farmasi sebagai seorang
product manager, dan juga sebagai dosen, ia menargetkan paling tidak dalam 6
bulan harus bisa menyelesaikan satu buku. Ia memberi tips bahwa dalam menulis, langkah pertama yang dilakukan adalah
membuat outline, disusul sub outline. “Bahan-bahan
tulisan kebanyakan saya ambil dari jurnal, atau dari hobi membaca buku,” jelasnya.
Ia menyatakan bahwa kegemaran membacanya, tidak berkembang begitu
saja. “Dimulai dengan paksaan bahwa saya harus
menyelesaikan skripsi dan tesis saya. Dari sana, saya dipaksa
membaca jurnal sebagai referensi.
Eh, malah jadi hobi sampai sekarang,”
ia tertawa.
Kebetulan istrinya juga hobi membaca, membuatnya merasa mendapat
dukungan, dalam menulis buku. Ketika sudah menjadi kebiasaan, hobi membaca
menjadi sangat berarti, bahkan menjadi semacam rekreasi. “Layaknya kita pergi ke
mall, atau ke suatu tempat nun jauh di sana,
“Dengan membaca kita dapat leluasa berimajinasi.”
“Ingat film Laskar Pelangi
kan? Atau film Habibie & Ainun? Wah,
ketika novelnya muncul saya membacanya, membayangkan yang ada di dalam buku.
Indah sekali. Tetapi ketika saya melihat filmnya, apa yang ada dalam bayangan
saya, buyar seketika. Tidak seindah novelnya. Itulah pentingnya berekreasi
lewat membaca.”
Baginya, sangat menyedihkan ketika melihat tulisan atau buku hanya
dijadikan sebagai pembungkus tempe.
(ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar