Advertiser

Breaking News

Kuantitas Sperma Pria Modern Lebih Buruk


Infertilitas didefisinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan, setelah satu tahun melakukan hubungan seks tanpa alat kontrasepsi. Diperkirakan, 15% pasangan memenuhi kriteria ini dan dikatakan infertile. Sebanyak 35% kasus penyebabnya berasal dari factor wanita, 30 % dari faktor pria, 20 % karena keduanya dan 15% lagi tidak diketahui dengan jelas apa penyebabnya. Namun, penyebab dari infertilitas pada pria umumnya belum banyak terdiagnosa.
Menurut dr. Indra Gusti Mansyur, SpAnd, staf pengajar di Fakultas Kedokeran Univeritas Indonesia, penyebab infertilitas pada pria bisa diakibatkan oleh beberapa hal. Seperti, pembentukan sperma yang kurang sempurna, jumlah konsentrasi sperma yang terlalu sedikit seperti oligospermia, azoospermia (tidak adanya sperma saat ejakulasi) dan transportasi sperma yang terganggu.
Evaluasi terhadap pasien harus cepat dilakukan, menggunakan prosedur non-invasive, dengan mempertimbangkan faktor biaya. Hampir 70% penyebab kemandulan pada pria, dapat didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan fisik, sejarah kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan hormonal/semen. Sisanya, memerlukan pemeriksaan yang lebih rinci, yang memerlukan biaya lebih.
Frekuensi
Di Amerika Serikat, diperkirakan 10-15% pasangan mengalami infertilitas. Di sana, risiko infertile dialami 1 dari 25 pria. Faktor pemicu, seperti jumlah sperma yang rendah, kualitas dari semen yang rendah, atau keduanya menduduki sekitar 90% kasus.
Pola infertilitas pada pria sangat bervariasi pada beberapa negara atau daerah tertentu. Menurut data yang ada, tingkat kesuburan yang paling tinggi terdapat di Finlandia, sementara di Inggris dinyatakan memiliki tingkat kesuburan yang paling rendah. “Faktor seperti perilaku sosial, kondisi lingkungan dan genetika memiliki peran penting dalam kasus ini,” ujar dr. Indra.

Baru-baru ini, terjadi perdebatan hebat mengenai kuantitas semen yang lebih rendah pada pria modern. Di mana dinyatakan bahwa telah terjadi penurunan jumlah sperma (pada tahun 1940 sebesar 113 juta/mL, dibandingkan dengan 66 juta/mL pada tahun 1990-an), dan penurunan tingkat kesuburan pria saat ini dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu. Pengkajian hipotesa tersebut menyimpulkan, kondisi lingkungan dan paparan toxin yang menyebabkan penurunan ini. (ant)

Tidak ada komentar