dr. Leny Marlina
Sebagai
anak perempuan bungsu dan satu-satunya, masa kecil dr. Leny Marlina didominasi
ke 4 kakaknya yang semuanya laki-laki. “Sampai gede, hoby saya hampir sama dengan keempat kakak saya. Saya biasa main
pistol-pistolan, bela diri dan saat dewasa belajar menembak,” ujarnya.
Kakaknya
menekuni karate atau silat. “Saya ingin ikut karate, tapi dilarang ayah. Takut
kalau kena pukul nanti saya nangis,” katanya. Saat kuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Kriten Krida Wacana, barulah ia berkesempatan belajar bela
diri. Kebetulan, tempatnya biasa nge-gym membuka kelas karate. Kecintaannya
pada olahraga bela diri, membuatnya ditunjuk sebagai Secretary of Branch Chief Indonesia in
Kyokushinkan Karate International.
Kyokushinkan
cirinya adalah full body contact.
“Kalau karate yang umum di Indoensia low contact,” jelas penggemar makan
pudding ini. Jadi, meski terlihat gemulai jangan pernah macam-macam. Ia pemegang
sabuk hitam sejak tahun 2011. Ia biasa berlatih di Gedung Manggala Wanabakti,
Jakarta. “Salah satu Dewan Pembina kami, sekarang menjadi Ketua MPR, Dr. H.
Zulkifli Hasan, SE, MM. Dulu beliau Menteri Kehutanan.”
Hoby
menembak juga digeluti. Beberapa tahun lalu, ia latihan menembak menggunakan
pistol. Sekarang tidak lagi, karena kesibukanya di beberapa klinik kecantikan. Nge-gym
masih rutin dan untuk latihan cardio, ia jalan cepat, lari atau berenang.
Sekali-kali ia menyempatkan diri diving.
Ia
berharap, pemerintah lebih memperhatikan jaminan kesehatan bagi para tenaga
professional medis. Tak lain karena, “Dokter adalah ujung tombak pelayanan
kesehatan dan paling dekat dengan penyakit. Jadi, kesehatannya harus dijamin tanpa
harus ribet ikut asuransi kesehatan tertentu. Sebaiknya, secara otomatis
kesehatan para dokter dicover pemerintah; apa pun sakitnya.”
Ia
ingin meneruskan pendidikan S2 atau menjadi dokter sepsialis. “Maunya sih jadi
dokter bedah,” katanya. (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar