JAKARTA EYE CENTER@KEDOYA - Operasi Katarak Tanpa Pisau
Bersamaan dengan meningkatnya kasus kesehatan mata, JEC @ Kedoya dibuka. Diterapkan teknologi terbaru Bladeless Laser Cataract Surgery.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, memperlihatkan angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 3,6 juta jiwa. Kondisi ini dipicu berbagai keadaan seperti penyakit katarak, glaucoma, kelainan refraksi, gangguan retina, kelainan kornea, dan beberapa penyakit lain yang berhubungan dengan proses penuaan.
Angka ini dipertegas dengan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), yang menyatakan bahwa pada tahun 2011 saja, jumlah pasien rawat jalan penyakit mata di Indonesia mencapai angka 672.168 orang.
“Hal itu akibat semakin meningkatnya awareness masayarakat Indonesia terhadap kesehatan mata. Juga perbaikan fasilitas kesehatan dan sarana penunjang teknologi di bidang ophthalmology, yang kian hari kian meningkat,” ujar dr. Darwan M. Purba, SpM, Direktur Utama Jakarta Eye Center (JEC) @ Kedoya.
Peluang ini tidak disia-siakan oleh management JEC, dan rumah sakit JEC ke-2 di Kedoya, Jakarta Barat, pun dibuka. Rumah sakit khusus mata ini beralamat di Jln. Terusan Arjuna Utara No.1, Kedoya, Jakarta Barat. Acara grand opening JEC @ Kedoya, 2 Februari 2013, dihadiri Menetri Kesehatan RI dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH.
Menkes berharap, “Rumah Sakit ini dapat terus berkembang. Jika mungkin namanya diubah menjadi Indonesia Eye Center dan bisa bersaing secara lebih luas di kancah internasional.” Menkes yang pernah menjadi pasien di JEC, merasa bangga dengan dibukanya rumah sakit kedua ini. Ia berharap pelayanan terhadap kesehatan mata di Indonesia menjadi lebih baik, sehingga dapat mengurangi angka kebutaan yang juga merupakan program Kementerian Kesehatan RI.
Rumah sakit JEC kedua ini baru berumur 10 bulan; tepatnya mulai beroperasi 2 April 2012. Dalam kurun waktu itu, RS setidaknya sudah melayani 50.000 pasien rawat jalan; 10-15% di antaranya menjalani tindakan operasi mata. “Ini merupakan prestasi yang membanggakan,” ujar dr. Purba.
Berbagai fasilitas terus dicoba dilengkapi. Kini, fasilitas ruang rawat inap berjumlah 18 kamar. Dengan BOR yang baru sekitar 20%, rumah sakit ini telah menjadi sayap dari rumah sakit pertama yang berada di Menteng, Jakarta Pusat. Menurut dr. Purba, BOR rumah sakit pertama sudah mencapai 100%, Tapi, bukan karena alasan itu kalau kemudian dibuka rumah sakit kedua di Kedoya. “Permintaan pelayanan mata semakin meningkat di masyarakat,” ujarnya.
Disamping itu, banyak pasien dari wilayah Jakarta Barat yang mengeluh pada akses rumah sakit JEC pertama yang ada di Menteng. “Macet. Kasihan kalau pasien harus ke Menteng, Waktu tempuh bisa berjam-jam dari Jakarta Barat. Kami menjawabnya dengan membuka JEC di Kedoya,” katanya.
Bagunan 10 lantai JEC @ Kedoya dilengkapi berbagai fasilitas, dengan konsep Hospitel (Rumah sakit serasa hotel berbintang), sehingga pasien dan keluarga merasa nyaman saat melakukan perawatan. Ada pun prosedur operasi dilakukan dengan konsep Live Theatre. Keluarga pasien dapat melihat langsung prosedur bedah yang sedang dilakukan dari balik kaca lebar, layaknya menonton film di gedung bioskop. Terdapat beberapa center unggulan yang dimiliki Jakarta Eye Center @ Kedoya, di antaranya:
Cildren Eye Care
Fasilitas ini dibuat khusus untuk menangani gangguan mata pada anak. Children Eye Care menjadi unggulan sekaligus keunikan di JEC @ Kedoya. Selain memiliki ruangan play ground yang luas, tersedia fasilitas di lantai 4 berupa ruang baca dan layanan psikolog anak. Juga dokter spesialis anak. “Adanya fasilitas ini membuat semua kebutuhan mengenai anak, dapat dilayani dengan baik,” jelas dr. Purba.
Dilain sisi Children Eye Care sekaligus memberi pemahaman pengobatan menyeluruh, sesuai kondisi fisik dan karekter anak. Play ground luas yang dilengkapi dengan fasilitas ruang baca, memberikan kenyamanan agar saat menanti antrian, pasien mau pun keluarga tidak merasa bosan. Di situ memang tersaji tayangan dan sarana bermain yang edukatif.
Kepala Children Eye Care JEC @ Kedoya, dr. Florence M. Manurung, SpM menuturkan, anak-anak umumnya sulit diarahkan dalam sebuah pemeriksaan medis. Dibutuhkan kesabaran dan teknik tersendiri, agar dokter bisa mendapat hasil medis yang akurat. Children Eye Care memiliki atmosfer yang nyaman bagi anak, dengan tim dokter yang ahli dalam pemeriksaan mata usia dini. Selain spesialis anak, ada psikolog, didukung peralatan khusus bagi anak. Di sini, dapat dilakukan penanganan kelainan penglihatan pada anak. Seperti gangguan refraksi, mata malas, mata juling, katarak, glukoma, permasalah pada retina, tumor mata serta rekonstruksi mata anak. Layanan yang ditawarkan, mulai dari deteksi awal pada bayi usia 0 hari hingga tindakan pembedahan.
Bladeless Laser Cataract Surgery
Di Indoensia, katarak memberi kontribusi sebesar 70% dari total 3,6 juta angka kebutaan. Ini selaras dengan data SIRS 2011, yang menyatakan bahwa jumlah pasien rawat jalan khusus kasus katarak mencapai 94.582 orang.
Masalah penglihatan seperti katarak, untuk sebagian orang masih terasa menakutkan. Terlebih, dulu operasi katarak dilakukan menggunakan pisau. Dilakukan sayatan di dareah lensa mata, yang tertutup katarak.
Pembedahan menjadi metode umum penyembuhan katarak, dengan tujuan memecahkan atau menghilangkan kekeruhan pada lensa mata. JEC @ Kedoya dapat memberi alternative menggunakan teknologi mutahir, yang diberi nama Bladeless Laser Cataract Surgery. Kelebihannya, tingkat keamanan dan keakuratannya lebih baik karena dikendalikan dengan sistem komputerisasi yang cangih.
Direktur Umum JEC @ Kedoya, dr. Iwan Soebijantoro, SpM mengemukakan bahwa metode bedah ini menggunakan teknologi teranyar berbasis laser femtosecond, berupa sinar infra merah yang mampu memotong dengan sangat tepat dan dengan tingkat panas yang rendah. Dengan begitu, pasien hanya membutuhkan durasi operasi yang minimal dengan masa penyembuhan yang lebih cepat dibanding dengan metode lain. Menurut dr. Iwan, proses hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk satu mata. Menariknya lagi, teknologi Bladeless Laser Cataract Surgery merupakan satu-satunya teknologi yang dimiliki di Indonesia, dan kedua di Asia.
Mengenai keamanan, menurut dr. Iwan, tidak perlu dikahwatirkan. Alat ini dilengkapi laser femtosecond pertama, yang diakui Bandan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk operasi katarak.
6 Dimension Z-Lasik
Laser Assisted In Situ Keratomileusis atau yang dikenal dengan LASIK, merupakan metode yang kini semakin banyak digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Metode ini bertujuan untuk mengubah bentuk lapisan kornea agar pembiasan cahaya berlangsung sempurna.
Direktur Medik sekaligus Ketua Cataract & Refractive Surgery Service JEC @ Kedoya, dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM, menjelaskan bahwa tindakan LASIK dimulai dengan membuat lapisan tipis (flap) pada lapisan permukaan kornea mata. Flap kemudian dibuka di bagian dalam kornea yang disinar dengan laser, hingga terbentuk permukaan baru. Setelah selesai penyinaran, flap dikembalikan ke posisi semula dan proses LASIK pun selesai.
Menjadi pelopor LASIK sejak 1997, JEC hingga saat ini sudah melakukan lebih dari 24.000 tindakan. Melalui JEC @ Kedoya, prosedur LASIK mengalami perkembangan dalam teknologi. Yaitu dengan hadirnya 6 Dimension Z-LASIK, sebagai metode yang dapat digunakan untuk mengoreksi refraksi dengan kecepatan super cepat, bahkan tercepat di dunia.
Tampil menggunakan gererasi terbaru dari laser excimer, 6 Dimension Z-LASIK memiliki tingkat akurasi dan kecepatan yang tinggi (750 Hz) dengan sistem pelacak turbo aktif pada enam dimensi gerakan mata. Menurut dr. Budi, keunggulan dari alat terbaru ini meski saat dilakukanya tindakan mata pasien bergerak, sinar laser yang semula di arahkan pada taget akan tepat bekerja di tempat yang sebelumnya ditentukan, sehingga keberhasilan dan tingkat keamanan pasien menjadi lebih baik dan lebih akurat. Dan tentunya hasilnya akan sangat memuaskan. Meski demikian dr. Budi juga mengatakan bahwa prosedur LASIK juga bisa mengalami refraksi (relapse) namun angkanya hanya 5%, dan jika hal itu terjadi prosedur LASIK yang kedua akan di gratiskan. “Itu merupakan salah satu jaminan agar pasien kami puas” tambahnya.
Tak hanya pemaksimalan fasilitas dan layanan, JEC juga berkontribusi pada masyarakat Indonesia dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility), dengan melakukan program operasi katarak gratis. Menurut dr. Purba, ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk membantu program pemerintah memerangi kebutaan di Indonesia. “Kami bahkan sudah melakukan operasi katarak gratis ini sejak JEC di Menteng berdiri” tambahnya. Bekerja sama dengan beberapa organisasi, JEC setidaknya menjalankan 2-3 kali operasi katarak gratis setiap tahunnya dengan jumlah pasien yang mencapai 50-100 orang dalam satu kali kegiatan. (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar