Advertiser

Breaking News

MRCCC Siloam Hospital - Tertinggi, Terlengkap


Rumah sakit dari Grup Siloam ini dirancang untuk menjadi pusat kanker di Indonesia dan Asia Tenggara. Peralatannya terkini dan modern, SDM terus dilatih agar dapat disejajarkan dengan RS di Negara maju.  

Di daerah segitiga emas Jakarta, tepatnya di Jalan Garnisun Kav 2-3, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, ada gedung 38 lantai yang tinggi menjulang. Di atapnya kadang terlihat pesawat helicopter datang dan pergi. Itulah MRCCC Siloam Hospital, satu dari 7 rumah sakit dari Grup RS Siloam, yang bernaung di bawah Grup Lippo. Bukan tanpa alasan bila pendiri dan CEO Grup Lippo mencantumkan namanya di rumah sakit ini: Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospital.

Mochtar Riady, kita tahu, adalah pengusaha besar kelahiran Malang 12 Mei 1929, yang bergerak di bidang perbankan, elektronik, property dan beberapa usaha lain termasuk jasa perumahsakitan. MRCCC merupakan rumah sakit swasta pertama yang dirancang untuk menjadi pusat pengobatan penyakit kanker di Indonesia. Bangunan rumah sakit ini merupakan yang tertinggi di belahan bumi selatan, dan termasuk 10 rumah sakit tertinggi di dunia. RS ini memiliki peralatan mutakhir dan fasilitas terlengkap di Asia Tenggara, khususnya untuk penanganan kanker.

“MRCCC Siloam Hospital didirikan, dan alasan yang paling kuat adalah karena kanker sampai saat ini masih menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia yang terbanyak adalah kanker payudara dan kanker leher rahim,” ujar dr. Tunggul D Situmorang, SpPD-KGH, Direktur MRCCC Siloam Hospital. “Dalam penanganan kanker, kami ingin menggenapi peran RS Dharmais, RSCM dan RSPAD yang sudah ada sebelumnya. Kami memiliki peralatan yang bahkan di rumah sakit Singapura pun belum ada.”  

Tenaga medis MRCCC sebagian memang berasal dari ketiga RS tersebut. Kehadiran MRCCC, yang peresmiannya dilakukan Presiden RI Susilo Bambang Yudohoyono didampingi Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Juli 2011, telah memperkuat keberadaan Grup RS Siloam sejak RS yang pertama - Siloam Hospital Lippo Village di Tangerang – berdiri 15 tahun lalu. MRCCC menjadi rujukan untuk kasus kanker dari grup RS Siloam.


"Tak dapat dipungkiri, alasan pengembangan rumah sakit ini dilatarbelakangi pengalaman dari keluarga saya sendiri. Ibu saya tercinta meninggal pada usia 40 tahun karena mengalami ketidaknormalan kontraksi leher rahim (distosia) saat melahirkan. Ayah saya meninggal pada usia 60 tahun karena kanker lambung,” ujar Mochtar Riady saat peresmian MRCCC.

Dr. Tunggul tidak menampik, MRCCC berkeinginan menahan pasien Indonesia yang hendak berobat ke luar negeri. Disadari, masih perlu waktu setahun dua sampai pihaknya benar-benar siap. Masalahnya memang bukan hanya peralatan, yang notanebe tersedia di pasaran meski dari segi harga tidaklah murah. SDM (sumber daya manusia) perlu dipersiapkan dan untuk itu perlu waktu. Belum lagi mengubah pandangan bahwa dokter-dokter Indonesia pun, sebenarnya, tak kalah mumpuni.

Dipercaya Asing

Tidak sedikit pasien dari Indonesia dan keluarganya yang sambil berobat, sekalian berwisata dan berbelanja (medical tourism). Kenyataan ini menarik untuk dicermati, karena Indonesia dengan kekayaan alam dan budayanya sebenarnya bisa menjadi daya tarik dan layak “dijual” kepada orang asing; paling tidak kepada ekspatriat yang untuk sementara mukim di Indonesia, Jabodetabek khususnya.

Tidak sedikit dari mereka itu, terlebih yang pendanaan kesehatannya lewat asuransi, menjadi pasien di MRCCC dan Grup Siloam umumnya. November 2011 yang lalu, Richard Edward Dick Whitnell, pemegang saham Hyundai dan Dodge di Amerika Serikat, sengaja datang ke MRCCC untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap selama tiga hari, dan dia merasa puas.

“Saya merasa sangat nyaman karena mendapat pelayanan special. Tim dokternya ramah, dan peralatannya canggih. Dalam kunjungan kedua saya ke Jakarta, saya mencoba pelayanan kesehatan di sini. Saya juga senang, karena biayanya ternyata sangat ekonomis,” katanya. Sekedar perbandingan, biaya medical check up di Indonesia sekitar US $ 3.850, sudah termasuk penjemputan di bandara dan hotel. Untuk layanan yang sama, di Oregon, AS, biayanya tiga kali lebih mahal bahkan di Chacago 10 kali lebih mahal.

“Bagi kami, kedatangan Richard ke MRCCC merupakan kepercayaan yang tinggi. Dia bisa saja melakukan medical check up di tempat lain,” ujar dr. Tunggul.

Kepercayaan orang asing, pengusaha besar pula, yang sudah terbiasa menerima pelayanan kesehatan di rumah sakit kelas dunia, semestinya dapat menjadi pemicu agar orang Indonesia berobat di negeri sendiri. Dengan pelayanan dan peralatan yang dimiliki, MRCCC memang ingin mengurangi laju pasien ke luar negeri dan menggaet pasien ekspatriat. Di sisi lain, pasien menengah bawah tetap diberi ruang. Hal ini terlihat dari komposisi tempat tidur. Dari 365 beds yang direncanakan (saat ini baru 121 beds), 30% diperuntukkan bagi pasien kelas 3, sementara kelas VIP dan kelas 1 masing-masing hanya 15% dan super VIP 5%.

Teknologi Terkini

Dengan teknologi yang ada sekarang, menurut dr. Tunggul, penyakit kanker dapat dideteksi secara lebih dini. MRCCC Siloam Hospital memiliki PET/CT (Positron Emission Tomography), yakni pemeriksaan non-invasive yang dapat menggambarkan fungsi selular dari tubuh dalam tampilan 3 dimensi menggunakan radiofarmaka. “PET/CT merupakan pemeriksaan canggih saat ini, untuk menilai ada tidaknya fungsi sel abnormal dalam tubuh, menilai viabilitas miokard (jantung) dan menilai fungsi otak pada penderita demensia atau epilepsy,” ujar dr. Tunggul.  

Pada kasus keganasan/tumor, PET/CT berfungsi membantu menegakkan diagnosis secara lebih dini’ penentuan penyebaran dan tingkat penyakit (staging) dengan lebih efektif dan akurat; respons terhadap terapi dapat dilakukan lebih awal, sehingga perubahan rencana terapi dapat dilakukan lebih awal sesuai kebutuhan; penilaian kekambuhan, membantu dokter menentukan apakah ini tumor ganas atau jinak, dan penentuan lokasi biopsy yang tepat.

Ada radiotherapy dengan Rapid Arc. Dengan teknologi ini, radiasi dapat dilakukan sesuai bentuk tumor (targeted) dan waktu penyinarannya hanya sekitar 1,5 - 4 menit (dengan alat radiasi lain waktu yang diperlukan sekitar 30 menit). Dengan teknik baru IMRT dikombinasi dengan CT Scan, alat ini dapat memancarkan sinar pada satu saat dari berbagai sudut. Alat  berputar mengelilingi tumor, sambil menghantarkan radiasi. “Linear accelerator ini merupakan Rapid Arc pertama di Indonesdia bahkan di Asia Tenggara. Ini wujud komitmen kami dalam keseriusan penanganan kanker,” ujar dr. Tunggul.

Akreditasi JCI

Meski dari sisi fasilitas tak perlu dipertanyakan, rumah sakit ini akan memulai untuk memperoleh akrteditasi dari yang terbawah, yakni untuk 5 pelayanan. Selanjutnya baru memikirkan untuk meningkatkan menjadi 11 dan kemudian 16 bidang pelayanan. “JCI merupakan target berikutnya. Untuk itu, butuh kesiapan yang sangat matang. Kami ingin seperti rumah sakit lain di Grup Siloam, yang telah mendapatkan akreditasi JCI,” ujar dr. Tunggul.

Untuk go international MRCCC tidak main-main. Investasi RS ini berkisar Rp.1,3 trilyun. Dari sini, tampak bahwa rumah sakit ini sangat serius ingin menjadi rumah sakit swasta bertaraf internasional dalam penanganan kanker secara komperhensif. Para perawat difokuskan dalam penanganan kanker secara menyeluruh, begitu juga dokter-dokternya. Pihak manajemen rumah sakit terus melakukan pelatihan bagi perawat dan dokter, antara lain dengan mengundang pakar dari luar negeri. “Sejak bulan Juli 2011, kami telah beberapa kali mengadakan seminar dan workshop dengan pembicara dari luar negeri yang kompeten di bidangnya,” ujar dr. Tunggul. Training di bagian-bagian lain juga terus dilakukan. 

Tentang helipad di atap gedung MRCCC, tampaknya memang pas sebagai antisipasi. Kemacetan di Jakarta saat ini makin menjadi-jadi. Dapat dibayangkan bila pasien gawat darurat diangkut lewat darat menuju MRCCC.

“Dengan helikopter, untuk menyingkat waktu, pasien emergency atau dokter yang harus melakukan tindakan emergency bisa cepat diangkut,” ujar dr.  Tunggul. Heli yang selama ini digunakan, kebetulan milik grup sendiri.

Kelas 3, Rp. 150 ribu

Mengingat terbatasnya lahan, ruang-ruang di MRCCC dibuat dengan efisiensi yang tinggi dan kaca di sana-sini, sehingga tampak luas dan terang sekaligus hemat energi karena  pemakaian listrik dapat ditekan.

ICIR (Immuno compromise Isolation Room) terletak di lantai 30. Unit ini khusus untuk merawat pasien dengan kekebalan tubuh rendah. Ruangan isolasi dibuat sangat steril, untuk menjaga pasien agar terhindar dari infeksi lain. Terdapat ruangan PICIR (Pediatric Immuno Compromise Isolation Room); fungsinya sama dengan ICIR hanya dikhususkan untuk pasien anak.

Ruang rawat inap lain ada di beberapa lantai. Dari sisi harga, MRCCC cukup bersaing dengan rumah sakit lain. Untuk Kelas Super VIP tariff kamarnya Rp 2,8 juta dan VIP Rp 1,25 juta.. Kelas 3 Rp.150 ribu, Kelas 2 Rp.350 ribu dan Kelas 1 Rp.550 ribu. Di Kelas 3 ada beberapa tempat tidur dalam satu kamar, ber-AC, dan tergolong mewah untuk ukuran Kelas 3.

Unir Radiologi terdapat di lantai 25. “Ini kami namakan sebagai unit scan on sky,” ujar dr. Paul K. Pribadi, MSc, TCM, yang mengantar Ethical Digest meninjau fasilitas RS. Penamaan ini tampaknya karena hanya di MRCCC unit dengan alat-alat besar diletakkan di lantai 25. Hal ini sangat sulit dilakukan, dan perlu perencanaan yang betul-betul matang. Di sini juga terdapat beberapa alat seperti  Digital X-Ray, CT Scan 256 slice, Digital Mammography dan beberapa alat penunjang lainnya. “Intinya, kami berusaha agar pasien merasa nyaman,” kata dr. Paul. (ant)

Tidak ada komentar