Konferensi Pers - Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, oleh Dokter Eva Communication
Siaran Pers Dapat
Diterbitkan Segera
Pengobatan Nyeri Pinggang Tanpa Operasi
Foto Bersama dr. Mahdian, ibu Neneg dan dr. Ade |
Pinggang
sebagai bagian tubuh yang penting
Pinggang
tersusun dari 5 ruas tulang punggung di daerah lumbal. Di antara ruas-ruas
tulang tersebut terdapat bantalan yang disebut diskus intervertebralis.
Bantalan ini memungkinkan kita untuk membungkuk dan meliukkan badan. Diskus berfungsi
sebagai peredam saat kita sedang bergerak. Pinggang juga disokong oleh ligamen,
tendon, dan otot yang menjaga agar ruas-ruas tulang belakang tidak bergeser.
Pinggang merupakan
daerah yang sangat penting karena berfungsi sebagai penumpu atau penyokong
berat tubuh bagian atas. Selain itu, vertebrae daerah lumbal merupakan tempat
keluarnya serabut saraf yang mempersarafi tubuh bagian bawah dan menghantarkan
sinyal ke otak. Dikatakan oleh dr.
Mahdian Nur Nasution, SpBS, Pakar Nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, gangguan pada pinggang dapat
menimbulkan nyeri berlebih dan berkepanjangan sehingga penderitanya tidak dapat
bekerja, melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan berujung pada kelumpuhan atau depresi.
Dapat
timbul akibat aktivitas sehari-hari
Nyeri
pinggang seringkali dikaitkan dengan trauma atau aktivitas yang berlebihan.
Namun, ternyata sebagian besar kasus nyeri pinggang disebabkan oleh degenerasi
atau secara alami karena penggunaan sehari-hari, seiring dengan bertambahnya
usia. Degenerasi ini dapat mengenai semua struktur pembentuk pinggang, mulai
dari otot, tendon, tulang belakang, diskus intervertebralis, hingga saraf yang
berada di daerah tersebut. Trauma, usia lanjut, berat badan berlebih, kesalahan
postur, dan jenis pekerjaan dapat menjadi faktor risiko yang mencetuskannya.
Nyeri pinggang disebut akut jika
hanya berlangsung sementara, yaitu selama beberapa hari atau minggu. “Nyeri
pinggang akut dapat terjadi karena adanya gangguan pada struktur pembentuk
pinggang. Termasuk di antaranya tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,
dan persarafan,” jelasnya. Nyeri ini sering disebabkan oleh trauma atau cedera
olahraga, yang biasanya akan sembuh sempurna tanpa berobat ke dokter.
20%
nyeri pinggang akut dapat berlangsung hingga 12 minggu atau lebih, terutama
bila tidak ditangani dengan benar. Nyeri berkepanjangan ini disebut nyeri
pinggang kronik. Meski masih ada kemungkinan sembuh, nyeri kronik seringkali
sulit diobati dan bertahan selama bertahun-tahun, bahkan setelah diterapi
dengan berbagai obat dan tindakan pembedahan.
Interventional pain management,
alternatif untuk mereka yang enggan dioperasi
Rekan Media Antusias mendengarkan penjelasan dr. Mahdian |
Lebih lanjut,
pembedahan juga tidak dapat menjamin nyeri pinggang akan hilang sama sekali. “Ini
karena tujuan utama pembedahan umumnya adalah untuk memperbaiki fungsi dan
rentang gerak pasien, bukan untuk meredakan nyerinya,” jelas dr. Mahdian. Saat
ini Interventional pain management
dapat membantu meredakan nyeri pinggang saat modalitas terapi lain telah gagal.
Menurut American
Society of Interventional Pain Physicians (ASIPP), interventional pain management adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tentang diagnosis dan pengobatan gangguan nyeri, yaitu dengan
menerapkan teknik-teknik intervensi dalam menangani nyeri subakut, kronik,
persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama
dengan modalitas terapi lainnya. Dengan kolaborasi beberapa dokter spesialis,
penanganan nyeri pinggang diharapkan dapat lebih efektif sehingga penderitanya
dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dan tidak perlu sampai
dioperasi.
Beberapa terapi intervensi yang
dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pinggang di antaranya:
·
Injeksi facet
Dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis maupun meredakan nyeri. Obat anestesi dan steroid
disuntikkan ke dalam sendi facet pada ruas tulang belakang. Bila nyeri hilang segera setelah obat
disuntikkan, maka nyeri berasal dari gangguan facet/sendi tersebut.
·
Rizotomi menggunakan
radiofrekuensi
Merupakan tindakan
pemanasan saraf di daerah sendi facet yang menimbulkan nyeri. Pemanasan
dilakukan menggunakan teknologi radiofrekuensi pada saraf yang dituju sehingga
saraf tersebut tidak lagi menghantarkan sinyal nyeri ke otak secara permanen.
Tindakan ini dianjurkan bagi pasien yang tidak memberikan respons terhadap
terapi lain.
·
Injeksi steroid pada epidural di
daerah lumbal
Terapi ini bertujuan
untuk mengurangi peradangan di sekitar saraf dan dapat meredakan nyeri pinggang
selama satu minggu hingga beberapa bulan. Penyuntikan ini efektif bila
dikombinasikan dengan program rehabilitasi dan latihan fisik.
·
Intradiscal electrothermal therapy
(IDET)
Intradiscal
electrothermal therapy (IDET) bisa dibilang merupakan teknologi minimal
invasive terbaru untuk mengatasi nyeri pinggang. Dokter umumnya akan melakukan
pemeriksaan sebelum prosedur ini dilakukan. Sebelum IDET dilakukan pada pasien
dengan nyeri pinggang dokter akan memberikan obat bius lokal pada pasien.
Menggunakan bantuan sinar X dan juga cairan warna yang dimasukan kedalam tubuh
(fluoroscopy), dokter kemudian memasukan sebuah jarum berongga yang berisi
tabung fleksi (kateter) yang ditempatkan didalam lingkaran diluara anulus yang
selanjutnya dipanaskan hingga suhu 90 derajat celcius. Panas yang dimaksud ini
berfungsi untuk menghancurkan serabut saraf yang menimbulkan nyeri pinggang.
Setelah prosedur dilakukan, pasien akan diberikan antibiotik intravena untuk
mencegah terjadinya infeksi.
·
Pemasangan RACZ kateter
Sesuai dengan
namanya, prosedur ini pertama kali dikembangkan oleh dr. Gabor Racz, pria
kelahiran Hongaria. Prosedur ini dikembangkan olehnya sekitar tahun 1980 an.
Racz kateter yang berukuran mikro ini pada kasus nyeri pingang dipasangkan di
rongga epidural pada tulang belakang pasien dengan tujuan untuk memudahkan
penyuntikan obat seperti kortison tepat
sasaran di daerah
yang mengalami nyeri yang umumnya disebabkan karena jaringan parut pada
saraf-saraf tulang belakang. Pemasangan alat ini membutuhkan waktu sekita 30
hingga 60 menit. Untuk mengkontrol nyeri pada pasien dengan nyeri pinggang
setidaknya dibutuhkan 3 kali penyuntikan dalam kurun waktu 12 bulan.
·
Spinal cord stimulation
Tindakan ini
dilakukan untuk memanipulasi rangsang nyeri pada kasus-kasus nyeri kronis di
daerah punggung, lengan, atau tungkai. Prosedur ini dilakukan dengan menanamkan
alat stimulator pada daerah tulang belakang untuk kemudian menghilangkan nyeri
pinggang yang dialami pasien.
· Epidurolysis
Tindakan ini
dilakukan untuk melonggarkan dan menghancurkan jaringan parut di rongga
epidural tulang belakang, sehingga obat-obat lain dapat masuk dengan mudah.
Jaringan parut ini biasanya terbentuk akibat perdarahan ke dalam rongga
epidural pasca operasi. akibatnya, saraf di daerah tersebut dapat terjepit dan
menimbulkan nyeri. Epidurolisis dilakukan dengan cara menyuntikan obat melalui
kateter pada rongga epidural dalam tiga tahapan.
· Epiduroscopic
laser neural
decompression (ELND)
Merupakan tindakan
endoskopik pada rongga epidural (epiduroskopik), yaitu meneropong ke dalam
rongga epidural, sekaligus memperbaiki penyebab nyeri dan mengurangi tekanan
pada saraf dengan menggunakan teknologi laser.
Sebuah studi di
Swedia pada tahun 2003 meneliti 64 pasien dengan nyeri pinggang kronik dengan
degenerasi diskus. Pada studi tersebut diketahui bahwa kelompok yang melakukan interventional pain management selama
satu tahun mendapat hasil yang sama, bahkan lebih baik dibanding kelompok yang
menjalani operasi. Studi lain yang melibatkan 349 pasien menunjukkan bahwa
persentase pasien yang kembali bekerja dua tahun setelah menjalani interventional pain management setara
dengan mereka yang dioperasi.
“Interventional
pain management dapat menjadi alternatif yang baik terutama bagi pasien
yang memiliki riwayat gangguan cemas dan takut dioperasi,” tambahnya. Terapi
ini juga dapat dianjurkan bagi pasien yang belum tentu mendapat hasil yang
optimal dengan operasi, berisiko gagal, atau memiliki kontraindikasi operasi.
Tentang Jakarta Pain & Spine Center (JPSC)
Berdiri pada awal
tahun 2015, Jakarta Pain & Spine Center (JPSC) atau Klinik Nyeri dan Tulang
Belakang Jakarta, hadir sebagai klinik yang menawarkan solusi pengobatan
berbagai macam penyakit nyeri dan tulang belakang. JPSC merupakan klinik
pertama di Indonesia yang menggunakan peralatan modern sebagai penunjang
diagnostik dalam penanganan nyeri.
Klinik nyeri yang
berdomisili di Jakarta ini dibangun dengan konsep yang kuat berprinsip NO MORE PAIN yang berorientasi terhadap
kesembuhan pasien. Para pencetus dan pendiri JPSC merupakan para dokter
spesialis, yang bersama-sama ingin menghadirkan wadah pengobatan dan konsultasi
bagi masyarakat penderita nyeri.
Dengan mengedepankan
kualitas, JPSC hadir ke masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa nyeri
adalah penyakit yang harus dihilangkan. Seperti tertuang dalam visi dan misinya
sebagai pusat pengobatan nyeri dan tulang belakang, diharpakan JPSC mampu
memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien diseluruh wilayah Indonesia.
1 komentar
penggunaan korset lumbal sebenarnya hanya untuk membatu percepatan penyembuhan karena terapi. bila terapi tidak dijalankan ya korset lumbal hanya berguna untuk memberikan support pada punggung supaya beban pungung tidak berlebihan. semuanya harus saling melengkapi untuk memberikan hasil yang maksimal.
Posting Komentar