Advertiser

Breaking News

Konferensi Pers - Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, oleh Dokter Eva Communication

Siaran Pers                                                                                               Dapat Diterbitkan Segera


Pengobatan Nyeri Pinggang Tanpa Operasi

               
Foto Bersama dr. Mahdian, ibu Neneg dan dr. Ade
Sekitar 80% orang dewasa akan mengalami nyeri pinggang (low back pain) pada suatu saat di dalam hidupnya.  Pria, wanita, tua, ataupun muda dapat mengalami nyeri pinggang. Bahkan, nyeri pinggang dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Nyeri ini dapat menetap bertahun-tahun dan tetap membandel, bahkan dapat menimbulkan disabilitas pada penderitanya.

Pinggang sebagai bagian tubuh yang penting
                Pinggang tersusun dari 5 ruas tulang punggung di daerah lumbal. Di antara ruas-ruas tulang tersebut terdapat bantalan yang disebut diskus intervertebralis. Bantalan ini memungkinkan kita untuk membungkuk dan meliukkan badan. Diskus berfungsi sebagai peredam saat kita sedang bergerak. Pinggang juga disokong oleh ligamen, tendon, dan otot yang menjaga agar ruas-ruas tulang belakang tidak bergeser.
Pinggang merupakan daerah yang sangat penting karena berfungsi sebagai penumpu atau penyokong berat tubuh bagian atas. Selain itu, vertebrae daerah lumbal merupakan tempat keluarnya serabut saraf yang mempersarafi tubuh bagian bawah dan menghantarkan sinyal ke otak. Dikatakan oleh dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, Pakar Nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, gangguan pada pinggang dapat menimbulkan nyeri berlebih dan berkepanjangan sehingga penderitanya tidak dapat bekerja, melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan berujung pada kelumpuhan atau depresi.

Dapat timbul akibat aktivitas sehari-hari
                Nyeri pinggang seringkali dikaitkan dengan trauma atau aktivitas yang berlebihan. Namun, ternyata sebagian besar kasus nyeri pinggang disebabkan oleh degenerasi atau secara alami karena penggunaan sehari-hari, seiring dengan bertambahnya usia. Degenerasi ini dapat mengenai semua struktur pembentuk pinggang, mulai dari otot, tendon, tulang belakang, diskus intervertebralis, hingga saraf yang berada di daerah tersebut. Trauma, usia lanjut, berat badan berlebih, kesalahan postur, dan jenis pekerjaan dapat menjadi faktor risiko yang mencetuskannya.
                Nyeri pinggang disebut akut jika hanya berlangsung sementara, yaitu selama beberapa hari atau minggu. “Nyeri pinggang akut dapat terjadi karena adanya gangguan pada struktur pembentuk pinggang. Termasuk di antaranya tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, dan persarafan,” jelasnya. Nyeri ini sering disebabkan oleh trauma atau cedera olahraga, yang biasanya akan sembuh sempurna tanpa berobat ke dokter.

                20% nyeri pinggang akut dapat berlangsung hingga 12 minggu atau lebih, terutama bila tidak ditangani dengan benar. Nyeri berkepanjangan ini disebut nyeri pinggang kronik. Meski masih ada kemungkinan sembuh, nyeri kronik seringkali sulit diobati dan bertahan selama bertahun-tahun, bahkan setelah diterapi dengan berbagai obat dan tindakan pembedahan.

Interventional pain management, alternatif untuk mereka yang enggan dioperasi
               
Rekan Media Antusias mendengarkan penjelasan dr. Mahdian
Nyeri pinggang adalah nyeri yang tampak sederhana tetapi dapat sulit diobati. Ada lebih dari 60 hal yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri di daerah pinggang. Karena itu, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti sehingga penanganan nyeri pinggang juga dapat optimal. Jika nyeri pinggang menetap meski telah mendapat terapi obat, pembedahan biasanya menjadi solusi terakhir. “Sayangnya dari 10 pasien yang disarankan untuk melakukan pembedahan untuk mengatasi nyeri pinggangnya oleh dokter, hanya 1 pasien yang mau melakukan tindakan pembedahan ini. Selebihnya mencari alternatif pengobatan lain,” ujarnya. Pengobatan lain ini termasuk diantaranya tukang urut, ki
ropraktik, penggunaan korset, dan fisioterapi. “Sayangnya pengobatan ini cenderung membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga derita yang dialami pasien dengan nyeri pinggang ini menjadi berkepanjangan dan cenderung menyiksa,” jelas dr. Mahdian.
Lebih lanjut, pembedahan juga tidak dapat menjamin nyeri pinggang akan hilang sama sekali. “Ini karena tujuan utama pembedahan umumnya adalah untuk memperbaiki fungsi dan rentang gerak pasien, bukan untuk meredakan nyerinya,” jelas dr. Mahdian. Saat ini Interventional pain management dapat membantu meredakan nyeri pinggang saat modalitas terapi lain telah gagal.
Menurut American Society of Interventional Pain Physicians (ASIPP), interventional pain management adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang diagnosis dan pengobatan gangguan nyeri, yaitu dengan menerapkan teknik-teknik intervensi dalam menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lainnya. Dengan kolaborasi beberapa dokter spesialis, penanganan nyeri pinggang diharapkan dapat lebih efektif sehingga penderitanya dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dan tidak perlu sampai dioperasi.
                Beberapa terapi intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pinggang di antaranya:

·      Injeksi facet
Dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis maupun meredakan nyeri. Obat anestesi dan steroid disuntikkan ke dalam sendi facet pada ruas tulang belakang. Bila nyeri hilang segera setelah obat disuntikkan, maka nyeri berasal dari gangguan facet/sendi tersebut.
·      Rizotomi menggunakan radiofrekuensi
Merupakan tindakan pemanasan saraf di daerah sendi facet yang menimbulkan nyeri. Pemanasan dilakukan menggunakan teknologi radiofrekuensi pada saraf yang dituju sehingga saraf tersebut tidak lagi menghantarkan sinyal nyeri ke otak secara permanen. Tindakan ini dianjurkan bagi pasien yang tidak memberikan respons terhadap terapi lain.
·      Injeksi steroid pada epidural di daerah lumbal
Terapi ini bertujuan untuk mengurangi peradangan di sekitar saraf dan dapat meredakan nyeri pinggang selama satu minggu hingga beberapa bulan. Penyuntikan ini efektif bila dikombinasikan dengan program rehabilitasi dan latihan fisik.
·      Intradiscal electrothermal therapy (IDET)
Intradiscal electrothermal therapy (IDET) bisa dibilang merupakan teknologi minimal invasive terbaru untuk mengatasi nyeri pinggang. Dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan sebelum prosedur ini dilakukan. Sebelum IDET dilakukan pada pasien dengan nyeri pinggang dokter akan memberikan obat bius lokal pada pasien. Menggunakan bantuan sinar X dan juga cairan warna yang dimasukan kedalam tubuh (fluoroscopy), dokter kemudian memasukan sebuah jarum berongga yang berisi tabung fleksi (kateter) yang ditempatkan didalam lingkaran diluara anulus yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu 90 derajat celcius. Panas yang dimaksud ini berfungsi untuk menghancurkan serabut saraf yang menimbulkan nyeri pinggang. Setelah prosedur dilakukan, pasien akan diberikan antibiotik intravena untuk mencegah terjadinya infeksi.
·      Pemasangan RACZ kateter
Sesuai dengan namanya, prosedur ini pertama kali dikembangkan oleh dr. Gabor Racz, pria kelahiran Hongaria. Prosedur ini dikembangkan olehnya sekitar tahun 1980 an. Racz kateter yang berukuran mikro ini pada kasus nyeri pingang dipasangkan di rongga epidural pada tulang belakang pasien dengan tujuan untuk memudahkan penyuntikan obat seperti kortison tepat 

sasaran di daerah yang mengalami nyeri yang umumnya disebabkan karena jaringan parut pada saraf-saraf tulang belakang. Pemasangan alat ini membutuhkan waktu sekita 30 hingga 60 menit. Untuk mengkontrol nyeri pada pasien dengan nyeri pinggang setidaknya dibutuhkan 3 kali penyuntikan dalam kurun waktu 12 bulan.

·      Spinal cord stimulation
Tindakan ini dilakukan untuk memanipulasi rangsang nyeri pada kasus-kasus nyeri kronis di daerah punggung, lengan, atau tungkai. Prosedur ini dilakukan dengan menanamkan alat stimulator pada daerah tulang belakang untuk kemudian menghilangkan nyeri pinggang yang dialami pasien.
·      Epidurolysis
Tindakan ini dilakukan untuk melonggarkan dan menghancurkan jaringan parut di rongga epidural tulang belakang, sehingga obat-obat lain dapat masuk dengan mudah. Jaringan parut ini biasanya terbentuk akibat perdarahan ke dalam rongga epidural pasca operasi. akibatnya, saraf di daerah tersebut dapat terjepit dan menimbulkan nyeri. Epidurolisis dilakukan dengan cara menyuntikan obat melalui kateter pada rongga epidural dalam tiga tahapan.
·      Epiduroscopic laser neural decompression (ELND)
Merupakan tindakan endoskopik pada rongga epidural (epiduroskopik), yaitu meneropong ke dalam rongga epidural, sekaligus memperbaiki penyebab nyeri dan mengurangi tekanan pada saraf dengan menggunakan teknologi laser.

Sebuah studi di Swedia pada tahun 2003 meneliti 64 pasien dengan nyeri pinggang kronik dengan degenerasi diskus. Pada studi tersebut diketahui bahwa kelompok yang melakukan interventional pain management selama satu tahun mendapat hasil yang sama, bahkan lebih baik dibanding kelompok yang menjalani operasi. Studi lain yang melibatkan 349 pasien menunjukkan bahwa persentase pasien yang kembali bekerja dua tahun setelah menjalani interventional pain management setara dengan mereka yang dioperasi.
          “Interventional pain management dapat menjadi alternatif yang baik terutama bagi pasien yang memiliki riwayat gangguan cemas dan takut dioperasi,” tambahnya. Terapi ini juga dapat dianjurkan bagi pasien yang belum tentu mendapat hasil yang optimal dengan operasi, berisiko gagal, atau memiliki kontraindikasi operasi.

Tentang Jakarta Pain & Spine Center (JPSC)

Berdiri pada awal tahun 2015, Jakarta Pain & Spine Center (JPSC) atau Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, hadir sebagai klinik yang menawarkan solusi pengobatan berbagai macam penyakit nyeri dan tulang belakang. JPSC merupakan klinik pertama di Indonesia yang menggunakan peralatan modern sebagai penunjang diagnostik dalam penanganan nyeri.
Klinik nyeri yang berdomisili di Jakarta ini dibangun dengan konsep yang kuat berprinsip NO MORE PAIN yang berorientasi terhadap kesembuhan pasien. Para pencetus dan pendiri JPSC merupakan para dokter spesialis, yang bersama-sama ingin menghadirkan wadah pengobatan dan konsultasi bagi masyarakat penderita nyeri.

Dengan mengedepankan kualitas, JPSC hadir ke masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa nyeri adalah penyakit yang harus dihilangkan. Seperti tertuang dalam visi dan misinya sebagai pusat pengobatan nyeri dan tulang belakang, diharpakan JPSC mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien diseluruh wilayah Indonesia.

1 komentar

korset lumbal mengatakan...

penggunaan korset lumbal sebenarnya hanya untuk membatu percepatan penyembuhan karena terapi. bila terapi tidak dijalankan ya korset lumbal hanya berguna untuk memberikan support pada punggung supaya beban pungung tidak berlebihan. semuanya harus saling melengkapi untuk memberikan hasil yang maksimal.