drg. Winda Kusumadewi
drg. Winda Kusumadewi |
Awalnya ia ingin menjadi pialang saham, karena terinspirasi
setelah nonton film. Lulus SMA, bersiap siap masuk fafultas ekonomi. Namun, orangtua
mengarahkan untuk menjadi dokter gigi.
“Menurut mereka, dokter gigi adalah profesi terbaik bagi wanita, karena
dapat membuat mandiri secara financial,” ujar drg. Winda Kusumadewi. Ia menuruti nasehat orangtua.
Sebagai dokter gigi ia senang bisa bertemu banyak
orang. Ia berupaya mengamalkan ilmunya untuk menyembuhkan pasien. “Melihat
senyum di wajah pasien yang menjadi semakin cantik, ganteng dan percaya diri,
merupakan kepuasan tersendiri,” ujarnya.
Ia PTT di Puskesmas Melonguane, Kabupaten
Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Juni - Desember 2006. Kala itu Kepulauan
Talaud baru saja menjadi sebuahy kabupaten, hasil pemekaran Kabupaten Sangihe. Kondisi
Puskesmas masih seadanya. Talaud termasuk daerah terpencil. Untuk mencapai Puskesmas,
butuh waktu 20 jam. “Dari Manado naik kapal Ferry (KM. Valerin). Saya berangkat
bersama rekan-rekan dokter umum. Saya satu-satunya dokter gigi.”
Pengalaman naik Ferry tak bisa ia lupakan. Ia
dihantui rasa takut. “Jujur, saya tidak bisa berenang ditambah bakat mabuk
laut,” katanya. Ketika rekannya menikmati pemandangan dari atas kapal, ia
bergelut dengan mual, muntah dan rasa takut kalau-kalau kapal tenggelam.
Sampai di Puskesmas tempatnya PTT, rasa takutnya
hilang berkat keramahan masyarakat. Tak jarang ia mencicipi hidangan warga,
dengan masakan yang menurutnya begitu lezat. “Dalam 6 bulan, berat badan saya naik 6 kg, ha ha.”
Kelahiran Jambi, 6 Oktober 1979, ini sempat kaget
juga. Terbiasa hidup di kota besar dan hobi “nge-mall”, tiba-tiba harus tinggal
di daerah, di mana, “Jumlah mobil bisa dihitung dengan jari.” Sejauh mata
memandang, yang tampak hamparan biru Samudera Pasifik.
Kini, ia menetap di Solo dan praktek di Klinik
Cahaya Mitra dan RS. Hermina Solo. Ibu dua orang anak ini ingin kembali ke Talaud.
Di sana banyak memori, termasuk mendapat jodoh. (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar