Prof. Dr. dr. KRT Adi Heru Husodo, MSc, DC, DLSMTM, PKK
Prof. Adi Heru Husodo |
Di kartu
namanya, ada gambar Semar, tokoh punakawan di dunia pewayangan yang selalu mengabdi
kepada raja yang bijak. Bicaranya halus dan sangat santun. Tetapi, kalau
bertemu para dewa, bicaranya ngoko (bahasa di antara orang yang sederajat).
Tak lain karena ia juga dewa dan kakak Batara Guru.
Bagi si empunya kartu nama, Prof. Dr. dr. KRT Adi Heru Husodo, MSc, DC,
DLSMTM, PKK, (55 tahun),“Semar bukan siapa-siapa, orang biasa, pamomong atau punakawan yang bisa dan
biasa berkawan dengan siapa saja dan selalu menegakkan kebenaran.”
Dalam realita,
Prof. Adi Heru adalah abdi dalem keprajan
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Posisi sebagai Bupati Anom membuat di depan
namanya ada gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT).
Guru
Besar Tetap Public Health FK UGM dan Ketua Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta ini, awalnya ditawari menjadi
abdi dalem di mesjid Ageng Mataram
Kotagede tahun 1999. Tanpa ragu, ia mengiyakan dan sampai sekarang, setiap
Sabtu ia praktek di sana. ”Pasiennya para bakul
(pedagang) pasar, penjaga makam raja-raja Mataram, jamaah mesjid dan
masyarakat umum,” kata kelahiran Kediri, 9 Oktober 1957 dan ayah 3 anak ini.
Abdi dalem
punakawan berjumlah 3.000-an, sedangkan abdi
dalam keprajan sekitar 5.000. Kebahagiaan abdi dalem karena pada saat-saat
tertentu, misalnya Idul Fitri, bisa bertemu Sultan Hamengku Buwana X. Dan,
kesibukan Prof. Adi Heru tak hanya di seputar kraton dan di dalam negeri. Ia
sering mengikuti konferensi atau seminar di sejumlah negara. Tahun lalu, ia menjadi penguji luar (external examiner) untuk seorang Ph.D
student di Universiti Teknologi Malaysia, Johor Bahru, Malaysia.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat mengakuinya sebagai pakar Ilmu
Kedokteran Keluarga, sehingga ia berhak menyandang gelar PKK (2000).
Penghargaan yang pernah diperoleh di antaranya sebagai The Great Educator dalam ajang
“Innovation Award “ dari Indonesian Global Foundation & Menteri Kominfo,
Juli 2011.
Ia
juga menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogyakarta, ikut dalam pembinaan anak-anak jalanan, mengelolaan anak yatim piatu & duafa, menjadi pembina dan pelindung Kesenian Tradisional Jawa ”Cahyaning Turnggo Seto” dan
aktif di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Wirahusada. Tidak lelah dengan begitu
banyak kegiatan?
“Hidup jangan hanya pandai menuntut. Yang utama, kita harus mengabdi.”
Tidak ada komentar
Posting Komentar