Prof. Dr. Endang Sri Murtiningsih Basuki, MD, MPH
“Saya ingin ke kaki Gunung Himalaya,”
ujar Prof. Dr. Endang Sri Murtiningsih
Basuki, MD, MPH (66 tahun). Bukan untuk menghadiri seminar atau workshop, melainkan untuk memotret. Kecintaannya pada dunia fotografi, dimulai
sekitar tahun 1977. Kelahiran Solo, 21 Agustus 1946, ini terus mengembangkan
hobbynya memotret dan telah menghasilkan foto indah yang bisa dinikmati melalui pameran atau jejaring facebook miliknya.
“Saya ingat
betul, kamera Nikkon pertama saya hanya seharga Rp. 200 ribu,” ujar profesor yang
masih energik ini. Dari berbagai daerah
di Indonesia yang pernah
dikunjunginya, beberapa di antaranya menorehkan kenangan yang mendalam antara
lain ketika ia berusaha mengabadikan Pura Gunung Kawi (Bali), Tarsius di Bitung serta air terjun di beberapa tempat dengan kendalanya
masing-masing.
Saat ke Pura Gunung Kawi, yang merupakan
situs sejarah Bali pada abad
10, ia harus menuruni sekitar 315 anak tangga. “Saya lebih
suka mencari obyek foto yang banyak tantangannya,” ia tertawa. “Bagi yang berusia 30-40 masih gampang
dilakukan, tetapi untuk orang di atas usia 60 tahun tentu tidaklah mudah”. Perjuangannya di Pura Gunung Kawi terobati, karena hasil
jepretannya ternyata disukai rekannya seorang fotografer professional kondang. Mengabadikan Tarsius, makhluk pemalu di
Bitung juga merupakan pengalaman yang tak mudah dilupakannya; untuk mendapatkan
beberapa foto, diperlukan perjalanan separuh hari. Air terjun dan danau
merupakan obyek foto yang tak dilewatinya bila berkunjung ke suatu daerah, selain
keindahan matahari di ufuk Timur dan Barat. “Semua itu merupakan kreasi Sang
Pencipta, yang sangat mengagumkan”, tuturnya.
Ia sempat
kehilangan kamera dan lensa tele kesayangannya, yang sempat membuatnya berhenti dari dunia fotografi. “Tapi,
setelah ketemu Prof. Darto di Garut dengan ‘basoka’nya tahun 2009, saya ngiler lagi,” ia kembali tertawa.
Ia sudah dua
kali mengadakan workshop fotografi bersama rekan-rekannya. Kini, ia sedang sibuk mempersiapkan lomba dan pameran foto untuk peringatan Dies Natalis FKUI; kebetulan ia ditunjuk sebagai
ketua panitia. Baginya, fotografi bukan untuk mencari uang. Ia lebih senang
ketika pengalaman dan profesionalismenya bisa diserap dan bermanfaat bagi orang
lain. “Uang bukan tujuan. Ketika orang bisa menikmati hasil karya saya, itu yang
paling menarik,” ujarnya.
Rencana penyelenggaraan workshop fotografi ketiga
dan kegiatan lainnya sebagai staf
pengajar di FKUI, serta memberi ceramah tentang komunikasi kesehatan di
berbagai seminar/workshop di berbagai kota cukup membuatnya sibuk. Apalagi,
ia juga berniat mencoba foto dasar laut. “Saya perlu konsultasi, apakah orang
seusia saya masih mungkin melakukan itu.” (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar