dr. Farida Briani, SpB (K) Onk
Ada dokter yang pandai
menyanyi. Ada dokter yang pandang berakting sekaligus menjadi presenter. “Saya sendiri,
dokter yang main film tanpa sengaja, karena dikejar deadline,” ujar dr. Farida Briani, SpB (K) Onk, di sela
peluncuran FTV “Derita Dinda” di Hotel Four Season, Jakarta.
Sebenarnya ia
tidak ingin menjadi pemain, dalam film yang digagasnya. Ia lebih memilih
menjadi sosok di balik layar yang membuat ide, yang selanjutnya diolah oleh
seorang sutradara. “Tapi, kami dikejar deadline, dan saya ikut bertanggung
jawab. Akibatnya, ikut jadi pemain meski grogi,” ia tertawa.
Ide awal
pembuatan film, muncul sejak ia belum lulus dari bedah onkologi, saat itu ia
bekerja di poliklinik di RSCM. Saat itu, poli RSCM bisa menerima 100 pasien/hari,
60-80% pasien dengan kanker payudara, dan 60% pasien stadium 3 atau lebih. Ia
merasa iba, karena meski telah banyak melakukan edukasi lewat seminar, jumlah
penderita tetap banyak.
“Saat itu saya
melihat sinetron lagi booming. Terpikir, kenapa tidak kita buat sinetron
yang memberi edukasi tentang pencegahan
atau deteksi dini kanker payudara? Mungkin akan lebih bisa diterima masyarakat,”
ujarnya. Ide itudisetujui Prof. dr. Muchlis Ramli, SpB (K) Onk.
Akhirnya,
setelah lulus bedah onkologi dan bertemu dengan LSM Forpublik, film ini pun dibuat.
Saat terhalang masalah dana, ia datang ke dr. Sonar Soni Panigoro, SpB (K) Onk.
Dari sini, ia dipertemukan dengan PT Medco Indonesia Tbk, yang kemudian setuju
untuk memberikan dana untuk produksi film. Perusahaan farmasi seperti PT Roche Indonesia
dan AstraZeneca ikut membantu.
Film ini berdurasi
57 menit. Dan meski sudah jadi film, untuk tayang masih banyak kendala. “Baru
TVRI yang mau menayangkan, itu pun dengan biaya, tidak free. Padahal tujuan kami
mengedukasi masyarakat.” Kelahiran Yogyakarta, 29 September 1972, ini berharap
film “Derita Dinda” bisa diperbanyak dan ditayangkan di ruang tunggu rumah
sakit, untuk edukasi mengenai SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) sebagai
diagnosis awal kanker payudara. Ingin main film lagi? “Kalau main tidak, kalau
di balik layar oke.” (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar