Advertiser

Breaking News

Prof. Dr. dr. Suhardjo SU, SpM(K)

Prof. Suhardjo
Prof. Dr. dr. Suhardjo SU, SpM(K) meski sudah tidak muda lagi, masih terlihat bugar, energik dan komunikatif. Dalam acara workshop di Jakarta Eye Center@Kedoya, dengan logat Jawanya yang kental tanpa rasa sungkan ia melayani dan menjawab pertanyaan para awak media.
Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta, ini tak pernah bosan memberi edukasi kepada masyarakat mengenai kesehatan mata dan melakukan operasi katarak hingga ke pelosok negeri.
Yang membuatnya bangga, karena ia dipanggil secara khusus ke Istana Negara Jakarta oleh Presiden Soeharto tahun 1987, untuk menerima bantuan peralatan operasi katarak termasuk mobil bus operasional. Setelah menerima peralatan dan sarana operasional tersebut, Prof. Suhardjo tak henti berkeliling, untuk melakukan operasi katarak terhadap pasien yang tidak mampu. Hingga kini, kegiatan tersebut masih berjalan.
“Saya sering melakukan operasi katarak, terutama di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Selatan seperti daerah Gombong, Kebumen, Purworejo, Cilacap, Magelang, Sleman, Kulon Progo dan lain-lain.”
Sejak lulus fakultas kedokteran, Prof. Suhardjo berkecimpung di bidang pendidikan. Ia melatih dokter-dokter muda. Ia bangga menjadi dokter mata. Namun, ketertarikannya pada Ilmu kedokteran Mata terjadi secara tidak disengaja. “Saya masuk mata karena ajakan senior. Setelah menggeluti bidang ini, ternyata sangat menarik. Terlebih ketika bisa membantu orang yang buta karena penyakit katarak, kemudian pasien bisa melihat lagi.”

Menurut Prof. Suhardjo, buta katarak tidak akan pernah habis. Setiap tahun cenderung bertambah; 0,1% dari jumlah penduduk mengalami buta katarak setiap tahun. “Buta akibat katarak menjadi sebab kemiskinan di masyarakat. Sebaliknya, kemiskinan menjadi jalan bagi kebutaan di masyarakat. Keduanya tidak terpisahkan, dan saling mempengaruhi satu sama lain. Buta katarak jika dibiarkan akan membuat pasien terkungkung dalam kemiskinan.” (ant)

Tidak ada komentar