dr. Fielda Djuita, SpRad(K), Onk.Rad
Sejak
dulu, dokter radioterapi jumlahnya relatif sedikit. Antara lain karena untuk
mengambil spesialis ini perlu pendidikan radiologi selama 3,5 tahun. Baru kemudian bisa
meneruskan studi menjadi dokter spesialis radioterapi, yang waktunya sekitar 2,5
tahun. “Masa pendidikan yang lama, membuat dokter enggan mengambil spesialis
radioterapi,” jelas dr. Fielda Djuita,
SpRad(K), Onk.Rad, 62 tahun, di RS Kanker Dharmais, Jakarta.
Selain itu, hanya rumah sakit negeri yang
memiliki pusat radioterapi. “Sekarang, baru 2 dan akan ada 3 rumah sakit swasta
yang membuka pusat radioterapi,” jelasnya. Satu di MRCCC Siloam Hospital
Semanggi, satu lagi di RS Gading Pluit, dan yang akan diresmikan di Siloam
Hospital TB Simatupang.
Staf
Medis Fungsional Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais ini melihat, dokter
radiologi di bawahnya baru berusia 32 tahun. “Gap 30 tahun itu terlalu panjang.
Dokter spesialis lain, gap-nya paling 2-4 tahun.” Selain waktu pendidikan yang
lama, kendala lain adalah mahalnya harga alat radioterapi. Untuk mempersingkat
waktu, kini dokter umum bisa langsung ikut
pendidikan spesialis radioterapi dan mendapat gelar OnkRad.
Menjadi
single parent sejak 1986, ibu tiga anak ini selaku bersemangat menjalani kehidupan.
Ia bersyukur bisa menyekolahkan semua anaknya hingga jenjang tertinggi,
sehingga, “Sekarang saya bisa fokus membantu pasien.” Ia sering bekerja dari
pagi hingga malam, sampai-sampai, “Anak saya tidak ada yang mau jadi dokter.
Mereka jadi sarjana ekonomi, yang tidak terlalu memforsir tenaga.”
Sejak
RS Kanker Dharmais berdiri, ia sudah mempelajari banyak hal mulai dari
brachiterapi 2 dan 3 dimensi, radiasi externa dan Intensity-Modulated Radiation Therapy
(IMRT), yang mengharuskan sering bepergian ke manca negara. “Enak juga
bisa jalan-jalan keliling dunia,” candanya.
Karena
sibuk, untuk memanjakan diri ke spa saja ia tak punya waktu. “Semua waktu sudah
terjadwal untuk pasien. Kalau saya tidak masuk, pasien bisa numpuk. Pasien BPJS nomer antriannya
bisa sampai 200 sehari.” (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar