Advertiser

Breaking News

Lebih Dalam Tentang Influenza



Influenza pada masa kejayaannya di awal abad ke 18, mampu merenggut ribuan nyawa melalui wabah mengerikan. Anak-anak, tua, muda, wanita, pria, bahkan tentara dengan kondisi paling fit sekalipun, bisa terkapar tidak berdaya. Banyak keluarga berduka, dan peti-peti mati berjajar di sepanjang jalan, menunggu diangkut ke rumah-rumah yang dihiasi pita tanda berduka.

Influenza, mungkin virus yang paling universal di seluruh dunia. Masih ingat dengan wabah “flu burung” atau “flu babi”? Ketakutan melanda di mana-mana, semua orang pada saat itu berlomba-lomba mengenakan masker, dan setiap warga asing yang hendak memasuki Indonesia harus menjalani pemeriksaan sebelum melintasi perbatasan. Ya, ini karena influenza dapat berbahaya. Infeksi yang disebabkan oleh virus ini dapat bersifat mematikan.

Virus influenza pertama kali diketemukan pada unggas, pada tahun 1901 berjangkit penyakit “wabah unggas”. Ia dapat melewati saringan Chamberland, yang berguna untuk menyaring bakteri. Ini menunjukkan bahwa ukuran virus influenza sangat kecil. Penyebab influenza, merupakan virus dari famili Orthomyxoviridae, yang pertama kali ditemukan pada babi oleh Richard Shope pada tahun 1931. Ini diikuti oleh isolasi virus yang berhasil dilakukan oleh tiga orang ilmuwan, yaitu Wilson Smith, Christopher Andrews, dan Patrick Laidrow.

Menurut Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, SpA, influenza, merupakan sebuah infeksi virus yang menyerang saluran pernafasan, mulai dari hidung, tengorokan hingga paru. Dalam masyarakat umum, influenza sering disebut juga dengan istilah flu. Virus influenza merupakan virus pintar, yang mudah sekali bermutasi. Oleh karenanya, virus yang menyerang setiap tahun belum tentu sama. Inilah sebabnya mengapa di Amerika Serikat, vaksin influenza diberikan setahun sekali. Karena varian virus yang menyerang setiap tahun berbeda-beda.

Dalam dunia medis, influenza juga bisa menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian. Ini terjadi pada orang dengan risiko tinggi, seperti pada anak-anak, lansia, wanita hamil, orang dengan sistem imun yang lemah, atau mereka yang memiliki penyakit kronik.

Berbeda dengan batuk pilek biasa

Pernahkah anda mendengar istilah “common cold”? Istilah ini digunakan untuk menggambarkan batuk pilek yang bukan disebabkan oleh virus influenza. Bedanya adalah gejala influenza umumnya lebih berat dibanding common cold.

Pada awalnya, seseorang yang akan mengalami flu, disertai dengan demam, bersin, ingus yang keluar dari hidung dan sakit tengorokan.  Umumnya demam akan muncul perlahan, tetapi dalam kondisi tertentu juga bisa muncul secara tiba-tiba, yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan dan sangat membebani penderitanya. Tanda-tanda yang umum hadir dalam kondisi influenza diantaranya demam yang lebih dari 38° C, nyeri otot terutama di daerah punggung, lengan dan kaki. Keluar keringat dingin, batuk kering, sakit kepala dan lesu, serta hidung tersumbat.

Pada pandemi influenza H1N1 tahun 2009-2010, gejala awalnya meliputi demam tinggi, nyeri otot, hidung berair, dan nyeri tenggorokan. Gejala lain yang dapat timbul antara lain mual, diare, dan muntah. Sedangkan pada flu burung, yang terutama adalah adanya riwayat kontak atau terpapar unggas atau penderita flu burung, baik yang sedang sakit maupun yang telah meninggal. Misalnya memindahkan, mengubur atau membakar burung yang mati, atau memakan daging atau darah unggas yang tidak dimasak dengan sempurna. Gejalanya sama dengan influenza pada umumnya, namun dengan onset terjadinya infeksi saluran napas bagian bawah lebih cepat dibanding flu biasa. Ini ditandai dengan sesak napas, suara serak, batuk berdahak banyak, kadang bercampur dengan darah. Selain itu, dapat disertai dengan diare, mual, sakit perut.

“Gejala flu seringkali bersifat umum dan dapat dijumpai pada penyakit lain. Misalnya sindrom distres pernapasan akut, atau infeksi oleh virus lain seperti virus parainfluenza, adenovirus, cytomegalovirus, demam dengue, dan lain-lain” tambah Prof. Bambang.

Infeksi oleh virus ini dapat ditunggangi oleh bakteri sehingga menyebabkan infeksi sekunder, dengan gejala yang lebih berat lagi. Selain itu, infeksi oleh bakteri dapat menyebabkan komplikasi dengan akibat kematian, misalnya infeksi pada paru-paru.


Pada pemeriksaan, dapat ditemukan suhu tubuh yang tinggi, terutama pada orang yang lebih muda. Detak jantung dapat lebih cepat akibat kekurangan oksigen dan demam, dapat terlihat peradangan pada tenggorokan, mata kemerahan dan berair. Pada pemeriksaan paru-paru, dapat ditemukan ronki atau tidak.

Tidak ada komentar