drg. Desak Gede Christina Diah Asita, MARS
drg. Ita |
Ia pernah mengharumkan nama Indonesia dengan
tarian Bali. Lewat sanggar tari Widya Budaya,
ia tampil di hadapan penonton di Itali, Roma, Venesia, dan Malaysia. “Saat itu saya masih di SMP. Bisa keluar negeri
membawa nama bangsa, merupakan pengalaman yang luar biasa,” jelas drg.
Desak Gede Christina Diah Asita, MARS.
Kesibukan sebagai Direktur RSKB Bina Estetika, Jakarta, membuatnya
harus meninggalkan
hobi menari. Namun, “Kelak jika diberi kesempatan, saya ingin mendirikan sangar tari, sehingga saya bisa
kembali menyalurkan hobi menari.”
Alumni Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Prof. Dr. Moestopo tahun 2001
ini awalnya
ingin menjadi guru. “Jadi guru sepertinya menarik, apalagi guru TK,” paparnya. Adapun keluarga besar ibunya banyak
yang menjadi
dokter. Tamat SMA ia disarankan masuk fakultas kedokteran gigi.
Mendalami manajemen rumah sakit, drg. Ita masih menyempatkan diri
praktek di klinik dekat rumahnya di Bekasi. Praktek di klinik dan menjadi direktur rumah sakit, sama-sama mengasyikkan. Menurutnya, bekerja
di Rumah
Sakit dan praktek pribadi tantangannya berbeda. “Saya tetap melakukan praktek di klinik agar ilmu kedokteran
gigi saya,
tidak hilang,” ujar drg. Ita yang saat ini lebih banyak berkecimpung di manajemen rumah sakit. Ia mengaku cukup senang ketika melihat
pasiennya pulang tersenyum sesudah melakukan perawatan. “Ada kepuasan tersendiri,”
paparnya.
Kedepan, drg. Ita berharap RSKB Bina Estetika lebih berkembang
hingga mancanegara,
mengingat saat ini sudah banyak pasien dari luar Indonesia datang berobat. “Ini bukti, bahwa kami tidak kalah
dengan rumah
sakit di luar Negri sana,” katanya.
Belum punya sanggar tari sendiri, di waktu luang ia berusaha menyalurkan
hobinya menyanyi, membaca dan travelling bersama keluarga. (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar