Prof. dr. Endy M. Moegni, SpOG(K)
Lulus SMA, ia diterima di ITB. Juga diterimanya di FKUI. Sang ayah menyarankan
masuk fakultas kedokteran. “Katanya, saya lebih cocok masuk FK,” ujar Prof. dr. Endy M. Moegni, SpOG(K), Direktur
RSIA YPK Mandiri, Jakarta. Meski awalnya minat di bidang kedokteran tak sebesar
di fakultas teknik, ia enjoy menjalani hingga lulus tahun 1971.
Kebetulan
ayahnya dokter spesialis kulit kelamin, dan pernah menjabat Ketua Departemen
Kulit Kelamin RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Adiknya juga dokter spesialis kulit
kelamin.
Lulus dokter, ia ditawari 3 pilihan: ikut wajib
militer (Wamil), PTT atau meneruskan studi S2. “Saya pilih meneruskan studi S2,
mendalami obstetri dan ginekologi.” Tertarik bidang obgin saat koas. “Menjadi
dokter obgin, saya bisa menolong dua orang sekaligus, ibu dan anak, ketika
proses persalinan,” ujar ayah 3 anak ini.
Selesai S2 dengan prestasi sangat memuaskan, ia didaulat
menjadi staf pengajar. Tahun 1980 ia dikirim ke Jerman untuk melanjutkan studi
selama 2 tahun. Kembali ke Jakarta, ia menduduki beberapa jabatan strategis: Sekretaris
Pendidikan, Ketua Program Studi sampai Ketua Departemen Obgin FKUI/RSCM selama 2
periode (tahun 2000 – 2008). Tahun 2007, ia menjadi Guru Besar FKUI.
Selain hoby jalan santai, ia hoby nonton film
action bersama istri di gedung bioskop. “Anak sudah misah semua. Di rumah
tinggal saya dan istri. Untuk hiburan, kami
nonton film setiap malam Minggu.”
Baginya, berinteraksi dengan pasien dan bertemu
orang baru, merupakan pengalaman yang sangat berharga. “Mungkin itu yang membuat
saya tidak pikun. Ha ha ha.” Karena usia, kini Prof. Endy tidak menangani
pasien lahir normal atau pasien yang membutuhkan operasi dengan waktu yang
lama.
“Pelan-pelan saya serahkan kepada yang lebih muda.
Saya cukup sebagai konsultan di belakang layar.” (ant)
Tidak ada komentar
Posting Komentar