dr. Primal Sujana SpPD-KPTI
“Saya dulu hobi makan pedas. Tapi, sepsis yang saya derita pada tahun 2003, dan mengharuskan saya dioperasi, saya terpaksa menghentikan kebiasaan makan yang pedas-pedas,” ujar dr. Primal Sujana SpPD-KPTI, di sela simposium di Hotel Shangrila, Jakarta.
Menjadi dokter tak pernah ia rencanakan, karena ia ingin menjadi insinyur pertanian. Saat lulus SMA, ia mendaftar di beberapa perguruan tinggi negeri. Dari keempat universitas di mana ia mendaftar, ia diterima di FK Unpad, FKUI dan IPB. “Saya memilih masuk IPB, karena itu cita-cita saya,” ujarnya. Dan karena ingin meringankan beban orangtua, ia menyurati pihak ITB memohon untuk bisa tinggal di asrama mahasiswa. Ia mendapat jawaban bahwa bisa masuk asrama, dengan beberapa persyaratan.
Sehari sebelum berangkat ke Bogor, ayahnya bercerita mengenai keinginannya dulu bahwa ia ingin menjadi dokter. Tidak kesampaian karena masalah biaya. “Mendengar cerita beliau, saya berpikir semalaman, dan akhirnya saya menyimpulkan untuk masuk FK Unpad,” ujarnya. Ternyata, akhirnya ia bisa menikmati. Terasa lebih ringan dan mudah, ketika segala sesuatunya diridoi oleh orang tua.
Ia tidak mengalami kesulitan sedikit pun di faku;ltas kedokteran. Kebetulan, saat menjadi mahasiswa FK Unpad, banyak di antara mereka itu adalah temannya saat di SMA. “Jadi semua itu berlalu dan saya anggap seperti masa SMA saja, dan dengan enjoy kuliah saya lalui.”
Setelah bertugas di Kalimantan Barat selama kurang lebih 5 tahun, ia berkesempatan melajutkan pendidikan spesialis penyakit di Unpad, Bandung. Lulus dari penyakit dalam, ia tugas di Kalimantan Tengah, tepatnya di Palangkaraya, kurang lebih 14 bulan. Setelah itu, ia kembali ke kampung halamannya, Bandung, hingga sekarang.
Hobinya adalah berenang. “Dengan renang saya bisa menikmati arti olahraga, santai dan murah.” Hobi lainnya membaca cerita silat Kho Ping Hoo, dan komik wayang. Beberapa komik wayang seperti karya RA kosasih, ia koleksi. Ia juga gemar cerita silat karya SH Mintarja, kususnya serial Nagasasra Sabuk Inten. “Meski panjang, ceritanya tidak bertele-tele dan padat, tidak seperti cerita-cerita sekarang.”
Tidak ada komentar
Posting Komentar